Asal-usul dan Ideologi Hamas
Asal-usul Hamas: Hamas, yang merupakan singkatan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah (Gerakan Perlawanan Islam), didirikan pada tahun 1987 di Jalur Gaza pada awal Intifada Pertama, yaitu pemberontakan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel di wilayah Tepi Barat dan Gaza. Hamas lahir sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood), yang merupakan gerakan Islamis yang berbasis di Mesir. Tujuan utama dari pendirian Hamas adalah untuk melawan pendudukan Israel dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Sheikh Ahmed Yassin, seorang tokoh agama Palestina, adalah salah satu pendiri utama Hamas yang kemudian menjadi pemimpin spiritualnya.
Ideologi Hamas: Ideologi Hamas didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang dipengaruhi oleh ajaran Ikhwanul Muslimin. Hamas percaya bahwa Palestina, yang mereka anggap sebagai tanah suci Islam, harus dibebaskan dari pendudukan Israel. Pada awal pembentukannya, tujuan Hamas tercantum dalam Piagam Hamas (Hamas Charter) tahun 1988, yang menyatakan bahwa Israel tidak memiliki legitimasi di tanah Palestina dan bahwa perjuangan bersenjata adalah jalan untuk mencapai pembebasan penuh Palestina.
Piagam Hamas tersebut mengandung pandangan anti-Zionisme dan menganggap bahwa seluruh wilayah Palestina, termasuk Israel, adalah tanah milik umat Islam yang tidak boleh dipindahtangankan. Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, Hamas telah menunjukkan tanda-tanda pragmatisme politik dengan mengisyaratkan kemungkinan menerima negara Palestina di perbatasan 1967, yaitu di wilayah Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur, meskipun tanpa mengakui Israel secara resmi.
Peran dan Aktivitas Hamas: Selain sebagai kelompok militan, Hamas juga memiliki peran politik dan sosial yang signifikan di Palestina. Organisasi ini aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan di Jalur Gaza dan menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, serta bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina. Hamas juga memiliki sayap militer bernama Brigade Izz ad-Din al-Qassam, yang terlibat dalam berbagai serangan terhadap Israel, termasuk serangan roket dan operasi militan lainnya.
Pada tahun 2006, Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina, yang menyebabkan ketegangan dengan Otoritas Palestina yang dipimpin oleh Fatah. Sejak 2007, Hamas telah menjadi penguasa de facto Jalur Gaza setelah konflik internal dengan Fatah yang menyebabkan perpecahan politik antara Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Status Internasional Hamas: Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Israel, karena aktivitasnya yang mencakup serangan militan dan aksi-aksi kekerasan. Namun, negara-negara lain, seperti Turki, Iran, dan Qatar, mendukung atau memiliki hubungan dengan Hamas, baik secara politik maupun finansial.
Secara keseluruhan, Hamas adalah organisasi kompleks yang menggabungkan ideologi Islamis, tujuan politik nasionalis Palestina, dan aktivitas militer. Di satu sisi, Hamas berfungsi sebagai kekuatan politik dan sosial di Palestina, sementara di sisi lain, aktivitas militernya menyebabkan ketegangan berkepanjangan dengan Israel dan mendapat sorotan internasional.