Ada beberapa alasan mengapa beberapa negara Arab belakangan ini terlihat lebih mendekati atau bahkan “melindungi” Israel, meskipun ada sejarah panjang ketegangan antara negara-negara Arab dan negara Yahudi tersebut. Fenomena ini sangat terkait dengan perubahan dinamika geopolitik di Timur Tengah, yang dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi, dan keamanan. Beberapa faktor utama yang menjelaskan alasan mengapa banyak negara Arab kini lebih terbuka terhadap Israel meliputi:
1. Ancaman Bersama dari Iran
Tantangan Keamanan dari Iran: Salah satu faktor utama yang mendorong normalisasi hubungan antara beberapa negara Arab dan Israel adalah ancaman yang mereka rasakan dari Iran. Iran, yang merupakan kekuatan besar di Timur Tengah, dianggap sebagai ancaman besar oleh banyak negara Arab, terutama yang berada di Teluk Persia, seperti Arab Saudi, UEA, dan Bahrain. Iran memiliki pengaruh besar melalui kelompok-kelompok proksinya, seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan milisi Syiah di Irak, yang sering kali dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas kawasan.
Israel sebagai Sekutu Potensial: Negara-negara Teluk yang cemas terhadap ekspansi pengaruh Iran menyadari bahwa Israel, meskipun merupakan negara Yahudi yang memiliki sejarah konflik dengan dunia Arab, dapat menjadi sekutu strategis dalam menghadapi ancaman Iran. Ini membuat beberapa negara Arab lebih pragmatis dan lebih terbuka untuk bekerja sama dengan Israel dalam hal pertahanan dan keamanan, meskipun isu Palestina belum terselesaikan.
2. Kesepakatan Normalisasi (Perjanjian Abraham)
Perjanjian Abraham (2020): Pada tahun 2020, di bawah mediasi AS, beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko, menormalisasi hubungan dengan Israel melalui serangkaian perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Abraham. Dalam perjanjian ini, negara-negara Arab tersebut sepakat untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel, meningkatkan kerjasama ekonomi, dan menjalin hubungan yang lebih dekat dalam berbagai bidang, termasuk teknologi, energi, dan perdagangan.
Motivasi Ekonomi: Salah satu alasan di balik normalisasi ini adalah potensi ekonomi yang ditawarkan oleh Israel, terutama dalam bidang teknologi tinggi dan inovasi. Israel memiliki industri teknologi yang sangat maju, dan negara-negara Arab, seperti UEA, berharap dapat mendapatkan manfaat dari kerjasama ini, termasuk investasi, transfer teknologi, dan pengembangan infrastruktur.
3. Perubahan Fokus Prioritas di Dunia Arab
Fokus pada Stabilitas Internal: Beberapa negara Arab, terutama yang berada di Teluk, lebih fokus pada isu-isu domestik, seperti pembangunan ekonomi, stabilitas politik, dan modernisasi, daripada berfokus pada konflik Palestina yang sudah berlangsung lama. Negara-negara ini mungkin melihat bahwa normalisasi dengan Israel bisa memberikan manfaat ekonomi dan strategis, serta membantu mereka dalam menghadapi ancaman internal dan eksternal.
Perubahan Pandangan terhadap Palestina: Beberapa negara Arab, meskipun tetap mendukung Palestina secara umum, merasa bahwa masalah Palestina tidak lagi menjadi prioritas utama dalam kebijakan luar negeri mereka. Terutama setelah beberapa dekade kegagalan untuk mencapai solusi damai antara Israel dan Palestina, mereka mulai mencari cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas kawasan melalui aliansi baru, termasuk dengan Israel.
4. Tekanan dari Amerika Serikat
Peran AS sebagai Mediator: Amerika Serikat, terutama di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, memainkan peran besar dalam mendorong normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab. Trump sangat mendukung Israel dan memberikan tekanan pada negara-negara Arab untuk bekerja sama lebih dekat dengan Israel. Dalam hal ini, beberapa negara Arab memilih untuk menormalisasi hubungan dengan Israel demi mendapatkan dukungan ekonomi, militer, dan diplomatik dari AS.
Kebijakan “Deal of the Century“: Rencana perdamaian Trump untuk Israel-Palestina, yang disebut “Deal of the Century“, lebih menguntungkan Israel dan tidak disetujui oleh Palestina. Namun, beberapa negara Arab, seperti UEA dan Bahrain, merasa bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dari normalisasi dengan Israel, meskipun rencana tersebut tidak memberikan hasil yang diinginkan oleh Palestina.
5. Stabilitas Politik dan Ekonomi
Normalisasi sebagai Alat Diplomasi: Bagi beberapa negara Arab, terutama yang memiliki ekonomi yang lebih kecil atau bergantung pada investasi asing, normalisasi dengan Israel bisa menjadi cara untuk mendapatkan dukungan internasional dan mendorong investasi. Dengan Israel yang memiliki hubungan erat dengan negara-negara besar seperti AS, Inggris, dan Eropa, negara-negara Arab yang menormalisasi hubungan bisa mengakses lebih banyak peluang diplomatik dan ekonomi.
Pengaruh Israel di Teknologi dan Inovasi: Israel dikenal sebagai pusat inovasi dalam bidang teknologi, energi terbarukan, dan pertanian. Negara-negara Teluk, khususnya UEA, ingin memanfaatkan kemajuan teknologi Israel untuk mengembangkan sektor-sektor tersebut dalam upaya diversifikasi ekonomi mereka, yang selama ini terlalu bergantung pada minyak.
6. Pergeseran dalam Politik Palestina
Pemisahan Palestina: Pembagian politik internal Palestina, dengan Hamas yang menguasai Gaza dan Fatah yang memimpin Otoritas Palestina di Tepi Barat, telah menghambat upaya perdamaian. Beberapa negara Arab merasa bahwa Palestina telah terpecah, dan dengan tidak adanya persatuan internal di antara mereka, perjuangan Palestina untuk negara yang merdeka menjadi lebih sulit dan lebih terfragmentasi. Dalam pandangan ini, beberapa negara Arab merasa bahwa fokus pada masalah internal mereka sendiri dan membangun hubungan dengan Israel lebih mendesak daripada terus mengutuk kebijakan Israel.
Perubahan Posisi terhadap Hamas: Beberapa negara Arab, seperti Mesir dan UAE, telah mengurangi dukungan mereka terhadap Hamas, kelompok Islamis yang menguasai Gaza dan dikenal sebagai musuh utama Israel. Sebaliknya, negara-negara ini mungkin lebih mendukung peran Otoritas Palestina yang lebih moderat dalam menghadapi Israel.
7. Perubahan di Dunia Muslim
Normalisasi dengan Israel sebagai Langkah Praktis: Beberapa negara Muslim yang lebih moderat mulai melihat normalisasi dengan Israel sebagai langkah pragmatis yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka saat ini, mengingat ancaman dari kelompok-kelompok ekstremis seperti ISIS dan Al-Qaeda. Mereka juga melihat bahwa meningkatkan hubungan dengan Israel, sambil tetap mendukung Palestina secara verbal, adalah cara untuk mengamankan posisi mereka di dunia internasional.
8. Persaingan dalam Dunia Arab
Perebutan Pengaruh Regional: Dalam dunia Arab, negara-negara besar seperti Saudi Arabia, UAE, dan Mesir sering bersaing untuk pengaruh di kawasan. Kerjasama dengan Israel bisa dilihat sebagai cara untuk memperkuat posisi mereka terhadap rival-rival regional, seperti Qatar atau Turki, yang lebih mendukung gerakan Islamis dan memiliki hubungan lebih erat dengan kelompok-kelompok seperti Hamas.
Kesimpulan
Melindungi atau bahkan menjalin hubungan dengan Israel oleh beberapa negara Arab dapat dipahami dalam konteks perubahan politik dan keamanan di Timur Tengah. Ancaman yang meningkat dari Iran, persaingan untuk mendapatkan dukungan diplomatik dan ekonomi dari negara-negara besar, serta keinginan untuk mencapai stabilitas regional dan domestik telah mendorong beberapa negara Arab untuk melihat hubungan dengan Israel sebagai langkah pragmatis. Meskipun banyak negara Arab yang masih mendukung Palestina secara retoris, normalisasi dengan Israel mencerminkan pergeseran prioritas mereka menuju kerjasama strategis yang lebih fokus pada ancaman bersama dan keuntungan ekonomi daripada perselisihan lama terkait Palestina.