Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar diskusi yang menarik perhatian, mengulas hubungan sejarah antara Turkiye Uthmani (Kesultanan Ottoman) dan Nusantara. Diskusi ini tidak hanya menyoroti aspek sejarah, tetapi juga menggali nilai-nilai persatuan Islam yang terjalin sejak berabad-abad lalu. Dari Kota Kudus di Jawa Tengah hingga Al-Quds (Yerusalem), narasi ini mencerminkan solidaritas dan hubungan erat yang telah lama terbangun antara dua wilayah yang berbeda geografis namun saling terhubung secara spiritual dan politik.
Jejak Ottoman di Nusantara
Sejarah mencatat bahwa Kesultanan Ottoman memiliki pengaruh penting di Nusantara. Pada abad ke-16, ketika bangsa-bangsa Eropa mulai menguasai jalur perdagangan Asia, Kesultanan Ottoman memberikan dukungan kepada kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, seperti Aceh, untuk mempertahankan kedaulatan mereka. Dukungan ini meliputi pengiriman senjata, teknologi militer, hingga diplomat yang memperkuat hubungan politik dan budaya.
Nama Kota Kudus, salah satu pusat Islam di Jawa Tengah, juga mencerminkan pengaruh ini. Nama “Kudus” diambil dari kata “Al-Quds,” yang berarti Yerusalem dalam bahasa Arab, sebagai penghormatan kepada kota suci umat Islam. Hubungan simbolik ini mencerminkan kesadaran global umat Islam tentang pentingnya solidaritas dan pembelaan terhadap tempat-tempat suci.
Hubungan dengan Al-Quds
Kesultanan Ottoman dikenal sebagai penjaga kota suci Yerusalem selama berabad-abad. Pada masa pemerintahan Sultan Suleiman Al-Qanuni, Yerusalem mendapatkan perhatian khusus, dengan pembangunan infrastruktur seperti tembok kota yang masih berdiri hingga saat ini.
Bagi umat Islam Nusantara, Al-Quds memiliki tempat istimewa sebagai kiblat pertama umat Islam dan tempat Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. Hubungan spiritual ini mendorong ulama-ulama di Nusantara untuk menjadikan solidaritas terhadap Palestina sebagai bagian dari perjuangan keumatan.
Pembelajaran dari Sejarah
Dalam diskusi yang digelar MUI, para narasumber menekankan pentingnya mempelajari sejarah untuk memperkuat solidaritas umat Islam di era modern. Jejak hubungan Turkiye Uthmani dan Nusantara adalah bukti nyata bagaimana Islam dapat menjadi kekuatan pemersatu, melampaui batas geografis dan politik.
Turkiye, yang kini menjadi Republik modern, tetap menunjukkan komitmen terhadap Palestina dan Al-Quds. Sikap ini menjadi inspirasi bagi umat Islam di Indonesia untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina dan menjaga solidaritas terhadap isu-isu keumatan global.
Relevansi Masa Kini
Diskusi ini juga menggarisbawahi relevansi hubungan historis ini di tengah tantangan global yang dihadapi umat Islam. Dari ancaman terhadap Al-Quds hingga upaya memecah belah umat, semangat solidaritas yang telah terjalin sejak era Ottoman dan Nusantara harus terus dijaga.
MUI menyerukan kepada umat Islam di Indonesia untuk menjadikan sejarah ini sebagai inspirasi dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah. Dengan memahami masa lalu, umat Islam dapat lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan dan bersatu dalam memperjuangkan keadilan dan kebaikan bersama.
Penutup
Dari Kota Kudus ke Al-Quds, sejarah mencatat hubungan erat antara Turkiye Uthmani dan Nusantara sebagai wujud solidaritas Islam yang melampaui ruang dan waktu. Semangat ini harus terus hidup di tengah umat Islam, sebagai landasan untuk menghadapi tantangan global dan memperjuangkan keadilan bagi saudara-saudara seiman di seluruh dunia.