Turki secara resmi memutuskan seluruh hubungan diplomatik dengan Israel pada November 2024, sebagai respons atas eskalasi kekerasan yang terjadi di Gaza dan Yerusalem selama konflik Israel-Palestina yang meletus pada saat itu. Tindakan ini juga terkait dengan ketegangan yang telah berlangsung lama antara kedua negara mengenai kebijakan Israel terhadap Palestina.
Latar Belakang:
Pada November 2024, ketegangan di Yerusalem Timur, khususnya terkait dengan pemindahan paksa keluarga Palestina dari Sheikh Jarrah dan serangan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa, memicu protes besar dan eskalasi kekerasan antara Israel dan kelompok-kelompok Palestina, terutama Hamas di Gaza. Serangan Israel terhadap Gaza menyebabkan banyak korban jiwa, termasuk di kalangan warga sipil Palestina. Peristiwa ini mendapat kecaman keras dari Turki, yang memandang kebijakan Israel sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan ekses kekerasan terhadap rakyat Palestina.
Keputusan Turki:
- Pemutusan Hubungan Diplomatik: Turki mengambil langkah tegas dengan mengusir duta besar Israel dan menangguhkan seluruh hubungan diplomatiknya dengan Israel.
- Pernyataan Presiden ErdoΔan: Presiden Recep Tayyip ErdoΔan, yang sudah lama menjadi pendukung kuat perjuangan Palestina, menyebut serangan Israel sebagai “kejahatan terhadap umat manusia” dan mengutuk keras tindakan militer Israel di Gaza dan Yerusalem. Dia juga menyatakan bahwa Turki tidak akan membiarkan tindakan Israel terus-menerus melanggar hak-hak Palestina.
Konteks Geopoliti:
Keputusan ini terjadi pada saat hubungan Israel dengan negara-negara Arab lainnya, seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, mulai membaik setelah penandatanganan Perjanjian Abraham yang diprakarsai oleh Amerika Serikat pada 2020. Turki, sebagai negara Muslim yang memiliki pengaruh besar di dunia Arab dan Islam, merasa perlu untuk menegaskan posisinya yang mendukung Palestina dalam menghadapi normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab tersebut.
Namun, meskipun hubungan diplomatik dengan Israel tegang, kerjasama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara tidak sepenuhnya terputus. Israel dan Turki tetap memiliki hubungan di beberapa sektor, seperti energi dan perdagangan, meskipun tingkat interaksi diplomatik telah sangat terbatas.
Dampak Internasional:
Keputusan ini mencerminkan ketegasan Turki dalam mendukung Palestina dan memprotes kebijakan Israel. Namun, hal ini juga memperburuk ketegangan dalam hubungan Turki dengan Israel dan bisa berpengaruh terhadap hubungan Turki dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang memiliki hubungan erat dengan Israel. Tindakan Turki ini bisa mengisolasi mereka lebih jauh dalam konteks politik Timur Tengah yang sangat dinamis dan penuh persaingan.
Prospek Masa Depan:
Meskipun hubungan diplomatik dengan Israel kini terputus, situasi ini tetap fleksibel dan bisa berubah tergantung pada dinamika politik internasional dan perubahan kebijakan yang mungkin terjadi baik di Ankara maupun Tel Aviv. Beberapa pengamat politik memprediksi bahwa setelah situasi mereda, kedua negara bisa mencari jalan untuk kembali menjalin dialog, meskipun hal tersebut masih memerlukan waktu dan penanganan yang sangat hati-hati, terutama terkait dengan isu Palestina yang sangat sensitif.
Kesimpulan:
Dengan keputusan untuk memutuskan seluruh hubungan dengan Israel pada November 2024, Turki semakin menegaskan komitmennya dalam mendukung Palestina dan menentang kebijakan Israel yang dianggap merugikan hak-hak rakyat Palestina. Namun, ini juga menunjukkan dinamika hubungan internasional yang rumit, di mana kepentingan ekonomi dan geopolitik sering kali berbenturan dengan nilai-nilai politik dan solidaritas terhadap isu-isu kemanusiaan.